Sabtu, 31 Maret 2012

ASKEP PNEUMOTHORAKS


KONSEP MEDIS
I.        DEFINISI
Pneumotorak adalah keadaan di mana terdapatnya udara bebas dalam rongga pleura.
Kolaps paru-paru / pneumothoraks (Pneumothorax) adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.                                                                                                                                            
II.      ETIOLOGI
Dibagi menjadi dua yaitu:
A.    Pneumotorak spontan
Ada dua jenis:
1.      Pneumotorak Spontan Primer (PSP)
Yaitu suatu pneumotorak yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan pemeriksaan fisis yang berat tapi justru terjadi pada saat istirahat sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.
2.      Pneumotorak Spontan Sekunder (PSS)
Yaitu suatu pneumotorak yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberkulosis paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor paru, dan sebagainya). pasien PSS bilateral dengan reseksi torakoskopi dijumpai adanya metastasis paru yang primernya berasal dari sarkoma jaringan lunak di luar paru.
B.     Pneumotorak Traumatik.
Pneumotorak traumatic adalah pneumotorak yang terjadi akibat suatu penetrasi ke dalam rongga pleura karena luka tusuk atau luka tembak atau tusukan jarum/kanul.
Ada dua jenis:
1.      Pneumotorak traumatik bukan latrogenik
Pneumotorak traumatik bukan latrogenik adalah pneumotorak yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas dinding dada tertutup/ terbuka.
2.      Pneumotorak traumatik latrogenik.
Pneumotorak traumatik latrogenik adalah pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis, pneumotorak dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Pneumotorak traumatik latrogenik aksidental adalah pneumotorak yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan biopsy pleural, biopsy trans bronchial, biopsy/ aspirasi paru perkutareus.
b.      Pneumotorak traumatik latrogenik artificial (deliberate) adalah pneumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box, biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik).

III.     PATOFISIOLOGI
Trauma toraks
Penurunan ekspansi                Pengumpulan udara                        Tarikan pada
          dada                                                                                    pleura parietalis
                                                                                                           
Penurunan ekspansi                Peningkatan tekanan                     Perlekatan pada
           Paru                                     intra toraks                               pleura viteral
                                                                                                           
          Sesak                             Peningkatan volume                       Reseptor nyeri
                                                       area pleura                                   rangsang
                                                                                                             
                                           Penurunan kapasitas paru                      nyeri dada

                                                                                                              
                                                Distress pernafasan
                                                               
Paru II kolaps


IV.     GAMBARAN KLINIS
-          Sesak nafas terjadi tiba-tiba
-          Nyeri dada menusuk
-          Gelisah, keringat dingin, sianosis syok
-          Sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernafasan
-          Perkusi hipersonor
-          Suara napas melemah
V.      KOMPLIKASI
II.                Pneumotorak tension (terjadi pada 3 – 5 % pasien pneumotorak), dapat mengakibatkan kegagalan respirasi akut, pio-pneumotorak, hidro-pneumotorak/hemo-pneumotorak, henti jantung paru dan kematian (sangat jarang terjadi), pneumumedistinum dan emfisme sub kutan sebagai akibat komplikasi pneumotorak spontan, biasanya karena pecahnya esophagus atau bronchus, sehingga kelainan tersebut harus ditegakkan (insidennya sekitar 1 %), pneumotorak simultan bilateral, insidensinya sekitar 2 %, pneumotorak kronik, bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan, insidennya sekitar 5 %.

VI.     PENATALAKSANAAN
-          Pneumotorak ukurannya kecil (< 15 %) dan stabil hanya diobservasi
-          Apabila ada batuk dan nyeri dada diberikan pengobatan simtomatis
-          Foto dada setiap 12-24 jam selama 2 hari
-          Pneumotorak kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala dan dalam 2-3 hari pasien harus dikontrol
-          Tindakan dekompresi yaitu:
a.       Jarum infus set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga pleura, kemudian pipa plastik/slang di pangkal saringan tetesan dipotong dan dimasukkan ke dalam botol berisi air
b.      Abbocath. Jarum abbocath no. 14 ditusukkan ke rongga pleura dan setelah mandarin dicabut, dihubungkan dengan pipa infus set, selanjutnya dikerjakan seperti pada (a).
c.       WSD: water sealed drainage
-          Operasi: torakstomi










KONSEP KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
Data-data yang biasa muncul pada pneumotorak, di antaranya:
1.      Keadaan umum: lemah, gelisah, penurunan kesadaran.
2.      Tanda-tanda vital:
·         TD: hipotensi/hipertensi
·         Nadi: bradikardi/takikardi
·         Pernafasan: takipnea
3.      Sistem pernafasan: takutan
Gejala:
·         Kesulitan bernafas, lepas nafas
·         Batuk (mungkin gejala yang ada)
·         Riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi paru, keganasan (misalnya obstruksi tumor).
·         Pneumotorak spontan sebelumnya, rupture empisemateus bila spontan
·         Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan, batuk.
·         Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh nafas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen, (effusi pleural).
Tanda:
·         Peningkatan frekuensi/takipnea/dispnea
·         Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada dada, leher, retraksi interkostal.
·         Bunyi nafas menurun atau tak ada (sisi yang terlibat)
·         Perkusi dada: hipersonan di atas area terisi udara (pneumotorak), bunyi pekak di atas area yang terisi cairan (hemotorak)
·         Observasi dan palpasi dada: gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan torak (area yang sakit).
·         Mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan
·         Berhati-hati pada area yang sakit
·         Mengkerutkan wajah.
4.      Sirkulasi
Tanda:
·         Takikardi
·         Frekuensi tak teratur/disritmia
·         Irama jantung gallop
·         Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum)
·         TD: hipertensi/hipotensi
5.      Kulit: pucat, sianosis, berkeringat
6.      Sistem saraf: penurunan sensasi raba
Terjadi hipoksia di mana tekanan O2 < 70 mmHg dan saturasi O2 < 90%. pH darah kurang 7,32, tekanan CO2 < 36 mmHg menyebabkan sistem saraf sentral terganggu akibat salah satunya terjadi penurunan sensasi raba.
7.      Stress fisik aura/psikologis
Stress fisik aura/psikologis terjadi sehubungan dengan gangguan sistem saraf sentral pada hipoksia.
8.      Abdomen: ekspirasi abdominal kuat.
9.      Pola eliminasi: penurunan ekstensi urine
Syok lanjut yang disebabkan oleh hipoksemia menyebabkan penurunan curah jantung sehingga perfusi ke jaringan berkurang yang dimanifestasikan dengan penurunan keluaran urine.
10.  Dekompensasi cordis, IMA
Terjadinya kelainan pada jantung, sirkulasi O2 ke jaringan dan bagian perifer tidak terpenuhi.
11.  Nyeri: nyeri dada unilateral karena adanya penekanan pada rongga pleura sehingga mengakibatkan kesulitan bernafas.
12.  Disability: kelelahan, perasaan tidak berdaya, kelemahan.
13.  Pola istirahat: terganggu atau susah tidur.
14.  Penyuluhan/pembelajaran: Gejala: riwayat faktor resiko keluarga: TBC, kanker, adanya bedah intratorakal atau biopsi baru
15.  Data penunjang
a.       Sinar X dada: menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleura, dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinum.
b.      GDA: variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
Nilai normal gas darah
                          Darah arteri                     Darah vena campuran
pH                     7,40 (7,35 – 7,45)            7,38 (7,33 – 7,43)
PO2                    80 – 100 mmHg              34 – 49 mmHg
Saturasi O2        > 95 %                             70 % - 75 %
pCO2                 35 – 45 mmHg                41 – 51 mmHg
HCO3               25 – 26 mEq/L                24 – 28 mEq/L
c.       HB: mungkin menurun, N: Pria: 14 – 16 %; wanita: 12 – 14 %
B.            Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi penghentian nafas berhubungan dengan:
-          Pengumpulan darah dan udara
-          Peningkatan tekanan intratoraks
-          Penurunan kapasitas paru
-          Distress pernafasan
-          Paru-paru kolaps
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
B.            Rencana Keperawatan
1.       Resiko tinggi penghentian nafas berhubungan dengan Pengumpulan darah dan udara, Peningkatan tekanan intratoraks, Penurunan kapasitas paru, Distress pernafasan, Paru-paru kolaps.
Tujuan : Resiko tinggi penghentian nafas tidak terjadi dengan tidak terdapatnya tanda-tanda penghentian nafas.
Intervensi dan rasional
-       Kaji fungsi unit drainase dada
Rasional: informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas klien.
-       Pasangkan kateter torak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi pasien.
Rasional: mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri/ketidaknyamanan sehubungan dengan penarikan atau menggerakkan selang.
-       Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya/karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti/pasang ulang terasa penutup steril sesuai kebutuhan.
Rasional: memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi/infeksi kulit.
-       Identifikasi perubahan/situasi yang harus dilaporkan pada perawat. Contoh perubahan bunyi gelembung, lepas udara tiba-tiba dan nyeri dada, lepaskan alat.
Rasional: intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.
2.        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Pola nafas efektif dengan kriteria: Tidak terjadi sesak, suara perkusi normal (sonor), frekuensi nafas melemah, GDA normal, HB normal, pemeriksaan sinar X dada tidak terdapat akumulasi udara dan darah, gerakan dada berirama
Intervensi dan rasional
-       Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik/
Rasional: pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain.
-       Evaluasi fungsi pernafasan, catat kecepatan/pernafasan sesak, dispnea, sianosis, perubahan tanda vital.
Rasional: Distress pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok.
-       Pertahankan posisi nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur
Rasional: meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
-       Pertahankan perilaku tentang dengan pernafasan lebih lambat/dalam.
Rasional: membantu pasien mengalami efek fisiologi hipotensia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ansietas atau takut.
Kolaborasi:
-          Kaji foto toraks
Rasional: mengawasi kemajuan perbaikan pneumotorak dan ekspansi paru.
-          Kaji GDA
Rasional: mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi
-          Berikan oksigen melalui kanula/masker sesuai indikasi
Rasional: menurunkan kerja nafas, meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis.
3.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
Tujuan :Gangguan nyaman nyeri teratasi
Intervensi Keperawatan
-          Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk
Rasional: nyeri trauma ada dalam beberapa derajat.
-          Pantau tanda vital
Rasional: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri.
-          Berikan tindakan nyaman misalnya: relaksasi, latihan nafas
Rasional: dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
-          Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
Rasional: digunakan untuk menekan batuk non produktif, meningkatkan rasa nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar