BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri
glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari
proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari
2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan
hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Sindrom nefrotik
merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi
glomerulus
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada
anak dengan karakteristik proteinuria massif hipoalbuminemia, hiperlipidemia
yang disertai atau tidak disertai edema dan hiperkolestrolemia.
B. Insiden
Menurut Cecily L Betz, 2002 :
Ø Insidens
lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
Ø Mortalitas
dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi,
berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya
trerhadap pengobatan
Ø Sindrom
nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
Ø Sindrom
nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom
nefrotik pada anak
Ø Angka
mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi
dan pemberian steroid.
Ø Bayi
dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral
dan transplantasi ginjal.
C. Anatomi & Fisiologi
1.
Anatomi
Ginjal merupakan salah satu bagian
saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12
cm, disamping kiri kanan vertebra.
Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah
dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah
tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan
batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.
Pada fetus dan infan, ginjal berlobulasi.
Makin bertambah umur, lobulasi makin kurang sehingga waktu dewasa menghilang.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan
medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah,
rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar
piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis)
menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks
mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi
pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli
dan tubili, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli
ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus
proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus
koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula
lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785).
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785).
2.
Fisiologi
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu
alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam
glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
a.
Faal
glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang
dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding
tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume
ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration
rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR
normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
b.
Faal Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari
zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana
diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100
ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau
dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).
Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan
umur :
Ø
1-2 hari : 30-60 ml
Ø
3-10 hari : 100-300 ml
Ø
10 hari-2 bulan : 250-450 ml
Ø
2 bulan-1 tahun : 400-500 ml
Ø
1-3 tahun : 500-600 ml
Ø
3-5 tahun : 600-700 ml
Ø
5-8 tahun : 650-800 ml
Ø
8-14 tahun : 800-1400 ml
c.
Faal Tubulus
Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan
reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang
direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat),
endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat
yang diekskresi asam dan basa organik.
d.
Faal loop of
henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan
ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih
hipotonik.
e.
Faal tubulus
distalis dan duktus koligentes.
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara
reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen.
D. Etiologi
Menurut Arif Mansjoer,2000 :488, sebab pasti belum diketahui. Umunya
dibagi menjadi :
Ø Sindrom
nefrotik bawaan
Diturunkan
sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
Ø Sindrom
nefrotik sekunder
Disebabkan
oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut,
glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
Ø Sindrom
nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
E. Patofisiologi
Menurut
Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217 :
Ø Meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma
menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
Ø Menurunnya
aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH)
dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
Ø Terjadi
peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik
plasma
Ø .Adanya
hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak
dalam urin (lipiduria)
Ø Menurunya
respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.
F. Manifestasi Klinis
Menurut
Betz, Cecily L.2002 : 335
Ø Manifestasi
utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk
ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan
(pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke
abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
Ø Penurunan
jumlah urin : urine gelap, berbusa
Ø Pucat
Ø Hematuri
Ø Anoreksia
dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
Ø Sakit
kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya
terjadi.
Ø Gagal
tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)
G.
Penatalaksanaan
Ø Istirahat
sampai edema tinggal sedikit
Ø Diet protein
3 – 4 gram/kg BB/hari
Ø Diuretikum :
furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan.
Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/helama
pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik
dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
Ø Kortikosteroid
: Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas
permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
Ø Antibiotika
bila ada infeksi
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz, Cecily L, 2002 : 335 :
1.
Uji
urine
Ø Protein
urin – meningkat
Ø Urinalisis
– cast hialin dan granular, hematuria
Ø Dipstick
urin – positif untuk protein dan darah
Ø Berat
jenis urin – meningkat
2.
Uji
darah
Ø Albumin
serum – menurun
Ø Kolesterol
serum – meningkat
Ø Hemoglobin
dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
Ø Laju
endap darah (LED) – meningkat
Ø Elektrolit
serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
3.
Uji
diagnostik
Biopsi ginjal merupakan
uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin
I. Komplikasi
Menurut
Rauf, .2002 : .27-28 :
Ø Infeksi
sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.
Ø Shock
: terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
Ø Trombosis
vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian
fibrinogen plasma.
Ø Komplikasi
yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas.
Umumnya 90 %
dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi
pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 :
1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan
utama.
Badan
bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
b. Riwayat
penyakit dahulu.
Edema masa
neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
c. Riwayat
penyakit sekarang.
3.
Riwayat
Kesehatan Keluarga.
Karena
kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi
biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
4.
Riwayat
Kehamilan dan Persalinan
Tidak ada
hubungan.
5.
Riwayat
kesehatan lingkungan.
Endemik
malaria sering terjadi kasus NS.
6.
Imunisasi.
Tidak ada
hubungan.
7.
Riwayat
Pertumbuhan dan Perkembangan.
Ø Berat badan
= umur (tahun) X 2 + 8
Ø Tinggi badan
= 2 kali tinggi badan lahir.
Ø Perkembangan
psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak
berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan
ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Ø Perkembangan
psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah)
yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya
diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Ø Perkembangan
kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia
dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
Ø Perkembangan
fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan
badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam
seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan
kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Ø Respon
hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan,
keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari
orang tua, teman.
8.
Riwayat Nutrisi.
Usia pre
school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya
adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan
interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 %
(gizi baik).
9.
Pengkajian Persistem.
Ø Sistem
pernapasan.
Ø Sistem
kardiovaskuler.
Ø Sistem
persarafan.
Dalam batas
normal.
Ø Sistem
perkemihan.
Urine/24 jam
600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
Ø Sistem
pencernaan.
Diare, napsu
makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat,
hernia umbilikalis, prolaps anii.
Ø Sistem
muskuloskeletal.
Dalam batas
normal.
Ø Sistem
integumen.
Edema
periorbital, ascites.
Ø Sistem
endokrin
Dalam batas
normal
Ø Sistem reproduksi
Dalam batas
normal.
Ø Persepsi
orang tua
Kecemasan
orang tua terhadap kondisi anaknya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas
glomerulus.
2. Perubahan nutrisi kuruang dari
kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein
dan penurunan napsu makan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan imunitas tubuh yang menurun.
4. Kecemasan anak berhubungan dengan
lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
5. Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius.
6. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
7. Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
8. Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan
tubuh.
9. Resiko tinggi
kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein
dan cairan, edema.
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
&
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
|
Tujuan :
Pasien
tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan volume
cairan yang tepat)
Kriteria hasil:
Ø Penurunan
edema, ascites
Ø Kadar
protein darah meningkat
Ø Output
urine adekuat 600 – 700 ml/hari
Ø Tekanan
darah dan nadi dalam batas normal.
|
Mandiri :
Ø Kaji
masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
Ø Timbang
berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).
Ø Kaji
perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema
sekitar mata.
Ø Atur
masukan cairan dengan cermat.
Ø Pantau
infus intra vena
Kolaborasi :
Ø Berikan
kortikosteroid sesuai ketentuan.
Ø Berikan
diuretik bila diinstruksikan.
|
Ø Perlu
untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan
resiko kelebihan cairan.
Ø Mengkaji
retensi cairan
Ø Untuk
mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
Ø Agar
tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang dibutuhkan
Ø Untuk
mempertahankan masukan yang diresepkan
Ø Untuk
menurunkan ekskresi proteinuria
Ø Untuk
memberikan penghilangan sementara dari edema.
|
2
|
Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan
dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu
makan.
|
Tujuan :
Kebutuhan
nutrisi akan terpenuhi
Kriteria Hasil :
Ø Napsu
makan baik
Ø Tidak
terjadi hipoprtoeinemia
Ø Porsi
makan yang dihidangkan dihabiskan
Ø Edema dan
ascites tidak ada.
|
Mandiri :
Ø Catat
intake dan output makanan secara akurat
Ø Kaji
adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare.
Ø Pastikan
anak mendapat makanan dengan diet yang cukup.
Ø Beri
diet yang bergizi
Ø Batasi
natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid
Ø Beri
lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan
Ø Beri
makanan dalam porsi sedikit pada awalnya
Ø Beri
makanan spesial dan disukai anak
Ø Beri
makanan dengan cara yang menarik
|
Ø Monitoring
asupan nutrisi bagi tubuh
Ø Mencegah
status nutrisi menjadi lebih buruk.
Ø membantu
pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak
Ø asupan
natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan hilangnya nafsu makan
anak
Ø agar
anak lebih mungkin untuk makan
Ø untuk
merangsang nafsu makan anak
Ø untuk
mendorong agar anak mau makan
Ø untuk
menrangsang nafsu makan anak
|
3
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas
tubuh yang menurun.
|
Tujuan :
Tidak
terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Ø Tanda-tanda
infeksi tidak ada
Ø Ada
perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.
|
Mandiri :
Ø Lindungi
anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung.
Ø Tempatkan
anak di ruangan non infeksi.
Ø Cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Ø Lakukan
tindakan invasif secara aseptik
Ø Gunakan
teknik mencuci tangan yang baik
Ø Jaga
agar anak tetap hangat dan kering
Ø Pantau
suhu.
Ø Ajari
orang tua tentang tanda dan gejala infeksi
|
Ø Meminimalkan
masuknya organisme.
Ø Mencegah
terjadinya infeksi nosokomial.
Ø Mencegah
terjadinya infeksi nosokomial.
Ø Membatasi
masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah
sepsis.
Ø Untuk
meminimalkan pajanan pada organisme infektif
Ø Untuk
memutus mata rantai penyebar5an infeksi
Ø Karena
kerentanan terhadap infeksi pernafasan
Ø Indikasi
awal adanya tanda infeksi
Ø Memberi
pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi
|
4
|
Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan
perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
|
Tujuan :
Kecemasan
anak menurun atau hilang
Kriteria hasil :
Ø Kooperatif
pada tindakan keperawatan
Ø Komunikatif
pada perawat
Ø Secara
verbal mengatakan tidak takur.
|
Ø Validasi
perasaan takut atau cemas.
Ø Pertahankan
kontak dengan klien.
Ø Upayakan
ada keluarga yang menunggu
Ø Anjurkan
orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga
|
Ø Perasaan
adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.
Ø Memantapkan
hubungan, meningkatan ekspresi perasaan.
Ø Dukungan
yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.
Ø Meminimalkan
dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.
|
5
|
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak
yang menderita penyakit serius.
|
Tujuan :
Pasien
(keluarga) mendapat dukungan yang adekuat
Kriteria hasil :
|
Ø Kenali
masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukungan
Ø Kaji
pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan
Ø Tekankan
dan jelaskan profesional kesehatan tentang kondisi anak, prosedur dan terapi
yang dianjurkan, serta prognosanya
Ø Gunakan
setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga Keluarga tentang
penyakit dan terapinya
Ø Ulangi
informasi sesering mungkin
Ø Bantu
keluarga mengintrepetasikan perilaku anak serta responnya
Ø Jangan
tampak terburu-buru, bila waktunya tidak tepat
|
Ø Mengidentifikasi
kebuutuhan yang dibutuhkan keluarga
Ø Keluarga
akan beradaptasi terhadap segala tindakan keperawatan yang dilakukan
Ø Agar
keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya
Ø Mengoptimalisasi
pendidikan kesehatan terhadap
Ø Untuk
memfasilitasi pemahaman
Ø Keluarga
dapat mengidentifikasi perilaku anak sebagai orang yang terdekat dengan anak
Ø Mempermantap
rencana yang telah disusun sebelumnya
|
6
|
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
|
Tujuan
:
Anak
dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan istirahat
dan tidur yang adekuat
Kriteria
hasil :
|
Ø Pertahankan
tirah baring awal bila terjadi edema hebat
Ø Seimbangkan
istirahat dan aktifitas bila ambulasi
Ø Rencanakan
dan berikan aktivitas tenang
Ø Instruksikan
istirahat bila anak mulai merasa lelah
Ø Berikan
periode istirahat tanpa gangguan
|
Ø tirah
baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema
Ø ambulasi
menyebabkan kelelahan
Ø aktivitas
yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat menyebabkan kelelahan
Ø mengadekuatkan
fase istirahat anak
Ø anak
dapat menikmati masa istirahatnya
|
7
|
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan
|
Tujuan
:
Agar
dapat mengespresikan perasaan dan masalah dengan mengikutin aktivitas yang
sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
Kriteria
hasil :
|
Ø Gali
masalah dan perasaan mengenai penampilan
Ø Tunjukkan
aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edema
Ø Dorong
sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif
Ø Beri
umpan balik posisitf
|
Ø Untuk
memudahkan koping
Ø Meningkatkan
harga diri klien dan mendorong penerimaan terhadap kondisinya
Ø Agar
anak tidak merasa sendirian dan terisolasi
Ø Agar
anak merasa diterima
|
8
|
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.
|
Tujuan
:
Kulit
anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : kemerahan atau iritasi
Kriteria
hasil:
|
Mandiri
:
Ø Berikan
perawatan kulit
Ø Hindari
pakaian ketat
Ø Bersihkan
dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari
Ø Topang
organ edema, seperti skrotum
Ø Ubah
posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
Ø Gunakan
penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai
kebutuhan
|
Ø memberikan
kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
Ø dapat
mengakibatkan area yang menonjol tertekan
Ø untuk
mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat tenun
Ø unjtuk
menghilangkan aea tekanan
Ø karena
anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja
Ø untuk
mencegah terjadinya ulkus
|
9
|
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
(intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan, edema.
|
Tujuan
:
Klien
tidak menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau shock hipovolemik yang
diyunjukkan pasien minimum atau tidak ada
Kriteria
hasil :
|
Mandiri
:
Ø Pantau
tanda vital
Ø Kaji
kualitas dan frekwensi nadi
Ø Ukur
tekanan darah
Ø Laporkan
adanya penyimpangan dari normal
|
Ø Untuk
mendeteksi bukti fisik penipisan cairan
Ø Untuk
tanda shock hipovolemik
Ø Untuk
mendeteksi shock hipovolemik
Ø Agar
pengobatan segera dapat dilakukan
|