Minggu, 25 Maret 2012

ASKEP ATELEKTASIS


BAB I
KONSEP MEDIS

A.                DEFINISI
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
B.                 ETIOLOGI
Penyebab dari atelektasis adalah :
1.      Obstruktif :
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
·         Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
·         Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
·         Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
·         Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
·         Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
2. Non-obstruktif :
·         Pneumothoraks
·         Tumor
·         Pembesaran kelenjar getah bening.
·         Pembiusan (anestesia)/pembedahan
·         Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
·         Pernafasan dangkal
·         Penyakit paru-paru
C.                MACAM-MACAM ATELEKTASIS
Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan
1.       Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas.Faktor pencetus termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant, lembek dan alastis.Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air.Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut.Epitel kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara.Atelektasi neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang.Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak.Istilah ini banya menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut.
  • Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.
  • Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi.

  • Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
  • Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi.  Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada.
Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap infeksi yang menunggagi.Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam.
Berdasarkan luasnya atelektasis
  1. Massive atelectase, mengenai satu paru
  2. Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign  →  tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior paru.
  1. Satu segmen  → segmental atelectase
  2. Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line  →  oleh tumor paru
Bisa juga terjadi pada basal paru  →  post operatif

Berdasarkan lokasi atelektasis
  1. Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
  2. Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
  3. Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
  4. Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
  5. Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
  6. Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior.
D.                PATOFISIOLOGI
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru.Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek serebral.Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan.Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang.Tekanan CO2 biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.
E.                 GEJALA KLINIS
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.
Gejalanya bisa berupa :
o   gangguan pernafasan
o   bunyi nafas berkurang
o   nyeri dada
o   batuk
o   pucat
o   cemas
o   sianosis
o   gelisah
o   takikardia
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
F.                 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik :
o   Pada tahap dini sulit diketahui.
o   Ronchi basah, kasar dan nyaring.
o   Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
o   Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
o   Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
o   Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
o   Pada kavitas bayangan berupa cincin.
o   Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Laboratorium :
o   Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
o   Sputum : pada kultur ditemukan BTA
o   Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat.
G.                PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1)    Medis
a.       Pemeriksaan bronkoskopi
b.      Pemberian oksigenasi
c.       Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
d.      Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
e.       Pemeriksaan bakteriologis
2)    Keperawatan
a.       Teknik batuk efektif
b.      Pegaturan posisi secara teratur
c.       Melakukan postural drainase dan perkusi dada

H.                PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
ü  Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
ü  Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
ü  Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
ü  Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
ü  Postural drainase
ü  Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
ü  Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
ü  Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat
ü  Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.

I.                   PENCEGAHAN
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis :
o   Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
o   Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
o   Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut.
v  Kelainan-kelainan radiologik
Bilamana seluruh paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal).  Hanya akan ada sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps daripada lobus atas.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
  1. PENGKAJIAN
1.      Indentitas
o   Nama, Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua
o   Jenis kelamin bisa terjadi pada pria dan wanita
o   Pekerjaan, biasanya terjadi pada orang yang bekerja pada daerah dengan polusi tinggi
2.      Keluhan utama
Pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah
§  Sesak nafas
§  Nyeri dada
3.      Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada bagian yang terkena atelektasis
4.      Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mempunyai penyakit menurun
5.      Riwayat penyakit dahulu
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat terjadi tangis yang pertama
6.      Riwayat psiko social
§  Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri
§  Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
7.      Pola aktivitas sehari-hari
o   Mobilisasi berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien banyak melakukan aktivitas
o   Pola istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau tidak teratur
o   Pemasukan nutrisi dan cairan berkurang
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil pemeriksaan fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan adalah :
*     Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
S    : hipertermi >39°C
RR : dipsnea 30x/mnt
N   : takikardi 130x/mnt
*     Inspeksi      →  berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit, adanya sianosis pada bibir dan ujung jari pasien terlihat pucat
*     Palpasi       →  fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser
*     Perkusi       →  batas jantung dan mediastinumm akan bergeser  letak diagfragma meninggi
*      Auskultasi →  suara nafas melemah,dan terdengar ronki                           
C.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Rontgen dada             Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru
  1. CT scan                       Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan
  1. GDA               Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar
Tgl
DATA
ETIOLOGI
MASALAH KEPERWATAN
-
Ds : keluarga px mengatakan bahwa px saat bernafas terdapat bunyi.
Do : - Bunyi nafas ronki
-         Bunyi  nafas px melemah
-         Frekwensi nafas px > 16x/menit
Akumulasi sekret pada bronkus


MK : Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
-
Ds : keluarga px mengatakan px sesak saat bernafas.
Do : - Px terlihat lemah.
-         Bunyi nafas ronki
-         Bunyi nafas px melemah
-         Frekwensi nafas px > 16x/menit.
Sesak nafas



MK : Gangguan pertukaran O2
Gangguan pertukaran O2
D.ANALISA DATA




















E.  DIAGNOSA
1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan  produksi sputum
*      Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.
*      Kriteria hasil:
Klien dapat mempertahankan jalan nafas secara efektif
*       INTERVENSI:
MANDIRI
*      auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi nafas ,misal: mengi ,ronki.
R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obtruksi jalan nafas dan  terdapat nafas adventisius.
*      kaji frekwensi kedalaman  pernafasan dan gerakan dada
R/pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan  gerakan dinding dada/cairan paru.
*      berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari ,kecuali kontra indikasi,tawarkan air hangat.
R/cairan (khususnya air hangat)memobilisasi
*      observasi warna kulit,membran mukosa,dan kuku
R/sianosis kuku menunjukan adanya vasokontruksi,sianosis membram mukosa dan kulit sekitar  mulut menunjukan hipoksemia sistemik
KOLABORASI
*      Berikan obat sesuai indikasi
§  bronkodilator,mis :egonis :epinefrin (adrenalin ,vaponefrin )
§  Xantin ,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
                        R/merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal
*      berikan humidikasi tambahan,mis:nebulizer ultranik,humidifier aerosol  ruangan
R/kelembaban menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah   pengeluaran  secret.
*      berikan pengobatan pernafasan ,mis ;fisioterapi dada
 R/drainase postural dan perkusi bagian penting untuk mengencerkan secret&nbs;     .dan memperbaiki ventilasi pada segmen
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar –kapiler(efek inflamasi) dan  gangguan kapasitas pembawa oksigen
*      Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
*      Kriteria hasil:
Pertukaran gas dapat dipertahankan
*       INTERVENSI:
MANDIRI
*      kaji frekuensi kedalaman pernafasan .
R/untuk mengevaluasi derajat distres pernafasan pernafasan atau proses penyakit .
*      tinggikan kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk bernafas.dorong pasien untuk penafasan dalam atau nafas bibir.
R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas  untuk menurunkan kolaps jalan nafas.
*      Auskultasi bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan ,(ronki,mengi,redup).
R/bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara,adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus.
*      Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi)
R/penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan.
*      Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
R/selama distres pernafasan berat/akut ,pasien secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari
*      Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung.
R/takikardia dan perubahan tekanan darah yang dapat menunjukan adanya hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
KOLABORASI
*      Awasi /gambaran seri GDA dan nadi
R/PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara umum menurun ,sehingga terjadi hipoksia .
*      Berikan oksigen tambahan sesuai degan indikasi hasil GDA dan  toleransi pasien .
R/memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
*      Bantu intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik
R/terjadinya kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya penyelamatan hidup.


3.      Intoleran Aktivitas berhubungan dengan sesak
*      Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan tidak sesak lagi.
*      Kriteria hasil
Klien dapat mempertahankan aktivitas

*       INTERVENSI :
MANDIRI
*      Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas catat laporan dipsnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
*      Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
R/ .      Menurunkan distres dan rangsangan yang berlebihan atau meningkatkan istrahat
*      Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
R/ Membuat pasien nyaman apa bila kepala ditinggikan, tidur dikursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.






PENYIMPANGAN KDM

Penyempitan bronkus, adanya gumpalan lendir, tumor
benda asingyang terhisap ke dalam bronkus                          

Penyumbatan pada bronkus                                                                Jaringan paru-paruterisi
sel,darah,lendir &secret


Saluran napas tersumbat                                                         Gangguan  epithelium alveolar                                                

                                                           
Udara dalam alveoli akan terserap                                                      Penumpukan cairan alveoli  ke dalam aliran darah


Paru-paru menyusut secara kompleks                                                 Oedema pulmo   


Gangguan pengembangan paru                                             Pengembangan paru tidak sempurna                                       
( atelektasis) kolaps alveoli

Cairan surfaktan menurun                                                                   Pola napas tidak efektif
      

Ventilasi perfusi tidak seimbang                                               Perubahan Stimulus Pusat Respirasi

dan Korteks Serebral

                                                                                                                             

Kekurangan O2 pada sel                                                                     O2 tidak terpenuhi     

Gangguan Pertukaran Gas                                      Penambahan Kerja Pernapasan          


                                                                                                                        Sesak

                                                                                                            Intoleransi Aktivitas 


DAFTAR PUSTAKA


Price A. Sylvia &  Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku kedokteran.EGC.Jakarta.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar