BAB I
KONSEP MEDIS
A.
DEFINISI
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
B.
ETIOLOGI
Penyebab dari atelektasis adalah :
1. Obstruktif :
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah
bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih
kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau
benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh
sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah
bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap
ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan
paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan
kemudian akan mengalami infeksi.
·
Bronkus yang
tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus,
benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat
panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang
membesar.
·
Peradangan
intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
·
Tekanan ekstra
pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura, peninggian
diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti
tumor mediastinum.
·
Paralisis atau
paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak
sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya.
Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret
bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan
memperberat keadaan atelektasis.
·
Hambatan gerak
pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa sakit,
keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelektasis
2. Non-obstruktif :
·
Pneumothoraks
·
Tumor
·
Pembesaran
kelenjar getah bening.
·
Pembiusan
(anestesia)/pembedahan
·
Tirah baring
jangka panjang tanpa perubahan posisi
·
Pernafasan
dangkal
·
Penyakit
paru-paru
C.
MACAM-MACAM ATELEKTASIS
Berdasarkan
Faktor yang Menimbulkan
1.
Atelektasis
Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak
tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas.Faktor pencetus termasuk
komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant,
lembek dan alastis.Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam
air.Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil
yang seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut.Epitel
kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein
granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara.Atelektasi neonatorum
pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
2. Atelektasis Acquired atau
Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan
kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang.Jadi terbagi atas
atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak.Istilah ini banya
menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi
dari perubahan tersebut.
- Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.
- Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi.
- Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
- Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada.
Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul
karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak
timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu
prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang
penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang
tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap
infeksi yang menunggagi.Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan
bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam.
Berdasarkan
luasnya atelektasis
- Massive atelectase, mengenai satu paru
- Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign → tumor ganas
bronkus dengan atelectase lobus superior paru.
- Satu segmen → segmental atelectase
- Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal :
Fleischner line → oleh tumor paru
Bisa juga
terjadi pada basal paru → post operatif
Berdasarkan
lokasi atelektasis
- Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
- Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
- Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
- Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
- Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
- Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior.
D.
PATOFISIOLOGI
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara
mendadak sirkulasi darah perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang
akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali
paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi.
Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah
paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika
kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan
cairan serta udem paru.Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan
pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang
mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga
pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri
dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat
respirasi dan kortek serebral.Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana
terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2
kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru
kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan.Kiranya
aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang.Tekanan CO2
biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim
paru-paru yang normal.
E.
GEJALA KLINIS
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya
menyebabkan sesak nafas yang ringan.
Gejalanya bisa berupa :
o
gangguan pernafasan
o
bunyi
nafas berkurang
o
nyeri dada
o
batuk
o
pucat
o
cemas
o
sianosis
o
gelisah
o
takikardia
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan
denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat
rendah).
F.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan
fisik :
o
Pada tahap dini sulit diketahui.
o
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
o
Hipersonor/timpani bila terdapat
kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
o
Atropi dan retraksi interkostal pada
keadaan lanjut dan fibrosis.
o
Bila mengenai Pleura terjadi efusi
pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan
Radiologi :
o
Pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
o
Pada kavitas bayangan berupa cincin.
o
Pada Kalsifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi : merupakan
pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena
TB.
Laboratorium :
o
Darah : leukosit meninggi, LED
meningkat
o
Sputum : pada kultur ditemukan BTA
o
Test Tuberkulin : Mantoux test
(indurasi lebih dari 10-15 mm)
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan
gambaran radiologis yang jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan
dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari
trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di celah
interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus
menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi
tidak beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan
bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat.
G.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan
sebagai berikut:
1)
Medis
a. Pemeriksaan
bronkoskopi
b. Pemberian oksigenasi
c. Pemberian
terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
d. Fisioterafi
(masase atau latihan pernapasan)
e. Pemeriksaan
bakteriologis
2)
Keperawatan
a. Teknik batuk efektif
b. Pegaturan posisi secara teratur
c. Melakukan postural drainase dan
perkusi dada
H.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari
paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
ü Berbaring pada
sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
ü Menghilangkan
penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
ü Latihan menarik
nafas dalam ( spirometri insentif )
ü Perkusi
(menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
ü Postural
drainase
ü Antibiotik
diberikan untuk semua infeksi
ü Pengobatan
tumor atau keadaan lainnya
ü Pada kasus
tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin
perlu diangkat
ü Setelah
penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan
kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun
kerusakan lainnya.
I.
PENCEGAHAN
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya atelektasis :
o
Setelah menjalani pembedahan, penderita
harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan
aktivitas secepat mungkin.
o
Meskipun perokok memiliki resiko lebih
besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8
minggu sebelum pembedahan.
o
Seseorang dengan kelainan dada atau
keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama,
mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu
pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-paru,
sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak
dapat menciut.
v Kelainan-kelainan
radiologik
Bilamana seluruh paru-paru mengempis, akan ada suatu
bayangan homogen pada belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan
itu dan diafragma terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis
disebabkan oleh penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang
karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen daripada lobus
yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada
bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai
suatu daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di
bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis
yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup
lingula, dan bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas
bawah yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu
bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior,
ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah
yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya
dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan
batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang
sangat tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan
batas daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai
suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus
sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis
yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor yang
terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan
berbentuk segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan
keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di
belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah
baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya
kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah akan
kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di sebelah
tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak dapat
dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan
kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah
konsekuensi daripada bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas
umum daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan
pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh
karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus
pada sebelah yang terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral
dan bukan suatu konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup
daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan
menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh
darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan
lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal). Hanya akan ada
sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena
aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau peninggian
diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus
yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama
sekali tidak pada kolaps daripada lobus atas.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN
1.
Indentitas
o
Nama,
Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua
o
Jenis
kelamin bisa terjadi pada pria dan wanita
o
Pekerjaan,
biasanya terjadi pada orang yang bekerja pada daerah dengan polusi tinggi
2.
Keluhan utama
Pada
atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah
§ Sesak nafas
§ Nyeri dada
3.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien
merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada
bagian yang terkena atelektasis
4.
Riwayat penyakit keluarga
Pasien
tidak mempunyai penyakit menurun
5.
Riwayat penyakit dahulu
Pada
saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat
terjadi tangis yang pertama
6.
Riwayat psiko social
§ Pasien merasakan cemas karena
mengalami nyeri
§ Pasien jarang berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar
7.
Pola aktivitas sehari-hari
o
Mobilisasi
berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien banyak melakukan aktivitas
o
Pola
istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau tidak teratur
o
Pemasukan
nutrisi dan cairan berkurang
B.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru
yang terjadi. Hasil pemeriksaan fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang
sering ditemukan adalah :
Tanda-tanda vital
TD
: hipertensi
S
: hipertermi >39°C
RR
: dipsnea 30x/mnt
N
: takikardi 130x/mnt
Inspeksi
→ berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit, adanya sianosis pada bibir dan
ujung jari pasien terlihat pucat
Palpasi
→ fremitus berkurang, trakea dan jantung
bergeser
Perkusi
→ batas jantung dan mediastinumm akan bergeser letak diagfragma meninggi
Auskultasi → suara nafas melemah,dan
terdengar ronki
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Rontgen dada Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru
- CT scan Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan
- GDA Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar
Tgl
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERWATAN
|
-
|
Ds : keluarga
px mengatakan bahwa px saat bernafas terdapat bunyi.
Do : - Bunyi
nafas ronki
-
Bunyi nafas px melemah
-
Frekwensi nafas px > 16x/menit
|
Akumulasi sekret pada bronkus
MK : Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
|
-
|
Ds : keluarga
px mengatakan px sesak saat bernafas.
Do : - Px
terlihat lemah.
-
Bunyi nafas ronki
-
Bunyi nafas px melemah
-
Frekwensi nafas
px > 16x/menit.
|
Sesak nafas
MK : Gangguan
pertukaran O2
|
Gangguan
pertukaran O2
|
D.ANALISA DATA
E.
DIAGNOSA
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum
Tujuan
:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perilaku
mencapai bersihan jalan nafas.
Kriteria
hasil:
Klien
dapat mempertahankan jalan nafas secara efektif
INTERVENSI:
MANDIRI
auskultasi
bunyi nafas.catat adanya bunyi nafas ,misal: mengi ,ronki.
R/beberapa
derajat spasme bronkus terjadi dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat
nafas adventisius.
kaji
frekwensi kedalaman pernafasan dan gerakan dada
R/pernafasan
dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada/cairan paru.
berikan
cairan sedikitnya 2500 ml/hari ,kecuali kontra indikasi,tawarkan air hangat.
R/cairan
(khususnya air hangat)memobilisasi
observasi
warna kulit,membran mukosa,dan kuku
R/sianosis
kuku menunjukan adanya vasokontruksi,sianosis membram mukosa dan kulit
sekitar mulut menunjukan hipoksemia sistemik
KOLABORASI
Berikan
obat sesuai indikasi
§ bronkodilator,mis :egonis :epinefrin
(adrenalin ,vaponefrin )
§ Xantin ,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
R/merilekskan
otot halus dan menurunkan kongesti lokal
berikan
humidikasi tambahan,mis:nebulizer ultranik,humidifier aerosol ruangan
R/kelembaban
menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran
secret.
berikan
pengobatan pernafasan ,mis ;fisioterapi dada
R/drainase
postural dan perkusi bagian penting untuk mengencerkan
secret&nbs; .dan memperbaiki ventilasi pada segmen
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran alveolar –kapiler(efek inflamasi) dan gangguan kapasitas pembawa oksigen
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan
Kriteria
hasil:
Pertukaran
gas dapat dipertahankan
INTERVENSI:
MANDIRI
kaji
frekuensi kedalaman pernafasan .
R/untuk
mengevaluasi derajat distres pernafasan pernafasan atau proses penyakit .
tinggikan
kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk
bernafas.dorong pasien untuk penafasan dalam atau nafas bibir.
R/pengiriman
oksigen dapat di perbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan nafas.
Auskultasi
bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan
,(ronki,mengi,redup).
R/bunyi
nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara,adanya mengi mengindikasikan
spasme bronkus.
Palpasi
fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi)
R/penurunan
getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan.
Evaluasi
tingkat toleransi aktivitas.
R/selama
distres pernafasan berat/akut ,pasien secara total tidak mampu melakukan
aktivitas sehari – hari
Awasi
tanda – tanda vital dan irama jantung.
R/takikardia
dan perubahan tekanan darah yang dapat menunjukan adanya hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.
KOLABORASI
Awasi
/gambaran seri GDA dan nadi
R/PaCO2
biasanya meningkat (bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara umum menurun ,sehingga
terjadi hipoksia .
Berikan
oksigen tambahan sesuai degan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien .
R/memperbaiki
atau mencegah memburuknya hipoksia
Bantu
intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik
R/terjadinya
kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya penyelamatan hidup.
3. Intoleran
Aktivitas berhubungan dengan sesak
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan tidak sesak lagi.
Kriteria
hasil
Klien dapat mempertahankan aktivitas
INTERVENSI :
MANDIRI
Evaluasi respon pasien terhadap
aktivitas catat laporan dipsnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah
aktivitas.
R/
Menetapkan
kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
Berikan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.
R/
.
Menurunkan
distres dan rangsangan yang berlebihan atau meningkatkan istrahat
Bantu pasien memilih posisi yang
nyaman untuk istirahat dan tidur.
R/
Membuat pasien
nyaman apa bila kepala ditinggikan, tidur dikursi atau menunduk ke depan meja
atau bantal.
PENYIMPANGAN KDM
Penyempitan bronkus, adanya gumpalan
lendir, tumor
benda asingyang terhisap ke dalam bronkus
Penyumbatan pada bronkus Jaringan
paru-paruterisi
sel,darah,lendir &secret
Saluran napas tersumbat Gangguan
epithelium alveolar
Udara dalam alveoli akan terserap Penumpukan
cairan alveoli ke dalam aliran darah
Paru-paru menyusut secara kompleks Oedema
pulmo
Gangguan pengembangan paru Pengembangan paru tidak sempurna
( atelektasis) kolaps alveoli
Cairan surfaktan menurun Pola napas tidak efektif
Ventilasi perfusi tidak seimbang Perubahan Stimulus Pusat
Respirasi
dan Korteks Serebral
Kekurangan O2 pada sel O2 tidak terpenuhi
Gangguan
Pertukaran Gas Penambahan
Kerja Pernapasan
Sesak
Intoleransi Aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi
edisi 6,vol.2. Penerbit buku kedokteran.EGC.Jakarta.
http : // www.medicastore.com/med/detail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar